Fakta Menarik tentang Topshop, Ikon Fesyen Cepat Inggris

coachfactoryoutletonlinestorez.net – Topshop adalah salah satu merek fesyen cepat (fast fashion) paling ikonik dari Inggris, dikenal karena desainnya yang trendi, harga terjangkau, dan pengaruh besar dalam budaya pop serta industri fesyen global. Didirikan pada tahun 1964, Topshop telah melalui perjalanan panjang dari merek lokal hingga menjadi nama besar di panggung internasional. Berikut adalah fakta-fakta menarik tentang Topshop yang perlu kamu ketahui.

1. Awal Mula sebagai Bagian dari Peter Robinson

Topshop memulai debutnya pada tahun 1964 sebagai ekstensi merek dari rantai department store Inggris, Peter Robinson, dengan nama awal “Peter Robinson’s Top Shop.” Awalnya, Topshop menargetkan pasar anak muda dengan menawarkan fesyen dari desainer Inggris muda seperti Mary Quant dan Stirling Cooper. Tokoh di Sheffield menjadi lokasi pertama, diikuti oleh department besar di Oxford Street, London. Pada tahun 1970-an, Topshop mulai berdiri sendiri sebagai merek fesyen yang terpisah, fokus pada pakaian wanita yang modis.

2. Transformasi menjadi Raksasa Fesyen

Pada akhir 1990-an, Topshop mengalami kebangkitan signifikan di bawah kepemimpinan Jane Shepherdson sebagai direktur merek. Dari keuntungan tahunan £9 juta, Topshop melonjak menghasilkan lebih dari £100 juta pada tahun 2005. Keberhasilan ini didorong oleh strategi pemasaran cerdas, kolaborasi dengan desainer ternama, dan peluncuran toko daring pertama di Inggris pada tahun 2000, menjadikan Topshop pelopor dalam fesyen daring.

3. Kehadiran di Panggung London Fashion Week

Topshop adalah satu-satunya merek fesyen cepat yang secara konsisten tampil di London Fashion Week (LFW) melalui lini premiumnya, Topshop Unique. Lini ini menampilkan desain eksklusif dengan kualitas tinggi, membantu Topshop menyingkirkan stigma sebagai “peniru” dan memperkuat reputasinya sebagai merek yang inovatif. Topshop juga menjadi sponsor utama program Newgen LFW sejak 2002, mendukung desainer muda Inggris seperti Christopher Kane dan Alexander McQueen.

##ರ

4. Kolaborasi dengan Selebritas dan Desainer Ternama

Topshop dikenal karena kolaborasi dengan tokoh fesyen dan selebritas. Pada tahun 2007, supermodel Kate Moss merancang koleksi pertamanya untuk Topshop, yang menjadi hit besar. Kolaborasi lain termasuk dengan desainer seperti Hussein Chalayan, Markus Lupfer, dan artis Stella Vine, yang merancang kaos edisi terbatas pada 2007. Pada 2014, Beyoncé meluncurkan merek activewear Ivy Park bersama Topshop, diluncurkan pada April 2016. Kolaborasi ini memperkuat daya tarik Topshop di kalangan audiens global.

5. Toko Flagship di Oxford Street

Toko Topshop di Oxford Circus, London, yang dibuka pada tahun 1994, pernah menjadi toko fesyen terbesar di dunia, menarik 200.000 pembeli setiap minggu. Toko ini menjadi simbol status Topshop sebagai pusat fesyen dan sering menjadi tujuan wisata bagi penggemar mode. Nilai properti toko ini diperkirakan mencapai £400-500 juta pada 2012.

6. Ekspansi Global

Pada puncaknya, Topshop memiliki sekitar 510 toko di seluruh dunia, dengan lebih dari 300 toko di Inggris dan 140 toko di 38 negara lainnya. Situs web Topshop.com mendistribusikan produk ke lebih dari 110 negara. Topshop juga berkolaborasi dengan pengecer seperti Zalando di Eropa dan Nordstrom di AS untuk memperluas jangkauannya.

7. Ragam Produk yang Luas

Topshop menawarkan berbagai produk fesyen untuk wanita, termasuk pakaian, sepatu, aksesori, dan kosmetik. Produk unggulannya mencakup jeans ikonik seperti model Jamie, Joni, dan Kort, serta berbagai jenis jaket (bomber, denim, trench coat), kemeja, gaun, dan sandal. Topshop juga memiliki lini khusus seperti Topshop Petite, Tall, dan Curve untuk memenuhi kebutuhan beragam pelanggan.

8. Tantangan dan Perubahan Kepemilikan

Topshop menghadapi tantangan besar ketika Arcadia Group, perusahaan induknya, mengalami administrasi pada November 2020 akibat dampak pandemi COVID-19. Pada Februari 2021, ASOS mengakuisisi Topshop dan Topman, tetapi hanya mereknya, bukan toko fisik, mengubah Topshop menjadi pengecer daring sepenuhnya. Pada 2024, ASOS menjual 75% saham Topshop ke Bestseller, perusahaan Denmark, yang berencana mengembalikan Topshop ke toko fisik melalui kemitraan dengan pengecer lain.

9. Kontroversi dan Kritik

Sebagai merek fesyen cepat, Topshop pernah dikritik karena praktik produksi yang tidak etis, seperti upah rendah di rantai pasok. Selain itu, beberapa pelanggan mengeluhkan kualitas produk yang bervariasi, dengan beberapa item dianggap kurang tahan lama dibandingkan harganya. Namun, Topshop berupaya memperbaiki citranya dengan inisiatif keberlanjutan dan transparansi yang lebih baik dalam beberapa tahun terakhir.

10. Kembalinya ke Jalan Raya

Pada April 2025, Bestseller mengumumkan rencana untuk menghidupkan kembali kehadiran fisik Topshop dengan membuka gerai di dalam toko pengecer lain, menandai era baru bagi merek ini setelah berfokus pada daring pasca-akuisisi ASOS. Langkah ini mencerminkan daya tahan Topshop sebagai merek yang terus relevan di tengah perubahan lanskap ritel.

Mengapa Topshop Tetap Relevan?

Topshop telah meninggalkan jejak besar dalam dunia fesyen dengan semangat London yang unik, kemampuan beradaptasi dengan tren, dan komitmen untuk mendukung bakat desain baru. Meskipun menghadapi pasang surut, dari kejayaan global hingga tantangan administrasi, Topshop terus berevolusi, kini dengan babak baru di bawah Bestseller. Bagi penggemar fesyen, Topshop tetap menjadi simbol gaya yang terjangkau, berani, dan selalu di depan kurva.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *